Rabu, 10 Mei 2023

Buku-Buku tentang Kemanusiaan

bukukemanusiaanbaru | Jika sobat iseng mencari di laman pencarian mbah Google, ‘buku tentang kemanusiaan’, sebenarnya Perimin sendiri yakin bahwa semua buku pada dasarnya bicara soal kemanusiaan. Kok? Sejauh yang menulis adalah manusia, sejauh alasan menulis adalah refleksi atau perspektifnya adalah tentang kehidupan, entah fiksi atau nonfiksi, entah bergambar atau buku masak, pasti tersimpan di dalamnya pesan tentang apa dan bagaimana memaknai kemanusiaan. Bedanya, pemaknaan tentang kemanusiaan ini tergantung dari beragam sudut pandang. Ada yang menggunakan paradigma sejarah, agama dan kebudayaan, kepentingan, kehidupan sehari-hari, imajinasi, hobi atau minat diri, filsafat, sampai narasi. Perimin menemukan seutas panjang benang merah di sini: membaca dan membicarakan tentang kemanusiaan merupakan upaya para pembaca untuk terus menerus menemukan identitas diri.



Melalui artikel ini, Perimin punya rekomendasyik khusus untukmu, buku-buku yang Perimin rasa cocok bagi kamu dan kamu yang butuh inspirasi tentang ‘Apa dan Bagaimana Menjalani Hidup sebagai Manusia Sungguhan’.

Langsung saja, kamu bisa lihat buku-buku tentang kemanusiaan pilihan Perimin.

1. Meditations oleh Markus Aurelius
Seorang kaisar Romawi, Markus Aurelius, menawarkan hasil permenungannya untuk memahami alam semesta sekaligus diri sendiri dalam waktu yang bersamaan juga bertautan. Di dalamnya, ditawarkan kebajikan-kebajikan jaman sebelum masehi yang mencoba memotret rasionalitas manusia, memiliki karakter bak para dewa, sampai soal kepemimpinan. Meditations yang tentunya kental dengan stoikismenya menjadi pondasi yang ideal untuk memahami gagasan tentang kemanusiaan secara klasik, unik, antik, juga arkais.

2. Humankind, Hopeful History oleh Rutger Bregman
Rutger Bregman sungguh-sungguh ingin memperlihatkan perjalanan tentang konsep kemanusiaan dalam lintasan jurnalistik, perseteruan politik, penelitian, dan pembuktian beberapa mitos-mitos. Atmosfer situasi pandemi yang membuat banyak hal serba tidak pasti, kabur dan terlalu rapuh pun juga menjadi latar belakang yang pas dalam membaca buku ini. Para pembaca akan terbantu untuk memahami: Benarkah Humankind itu beneran Kind? Rutger akan menunjukkannya lewat rangkumnan optimisme Harapan sepanjang masa-masa krisis umat manusia sebagai Roh Jaman. Yang menarik di sini nih! Rutger mengatur pengetahuan-pengetahuan yang ada di kepalanya untuk sampai ke Ide Keseluruhan – Sejarah bicara soal Harapan! Dalam bahasa Kantian, Humankind itu sampai di titik Intelek (Vernunft) yang dipimpin oleh Ide Jiwa-Dunia-Tuhan. Ringkasnya, Rutger meneliti suara batinnya (Ide Jiwa) yang muncul setelah melihat hal-hal lahiriah (Dunia) – lantas, diendapkan guna mendapatkan “Semua ini tentang apa sih sebenarnya?”

3. Soldiers: Great Stories Of War And Peace oleh Max Hastings
Wartawan kawakan, Max Hastings, berbagi narasi-narasi hidup dan mati para pejuang mulai dari jaman Yunani sampai Irak-Afganistan. Melalui tulisan bernasnya, sejarah hidup Joan de Arc, Cromwell, Wellington, Napoleon, Ulysses S. Grant, George S. Patton, Ratu Boudicca, Cobbett dan Tolstoy, Edward Gibbon dan Siegfried Sassoon, Marcel Proust dan Evelyn Waugh, George Orwell, George MacDonald Frase, termasuk tokoh-tokoh pejuang di dalam kitab-kitab suci dipentaskan di dalam latar belakang peperangan yang pada intinya hendak mengukuhkan apa makna menjadi manusia di dalam dunia yang tragis, horor, tidak adil, serakah, bahkan kejam–yang tanpa disadari terbungkus dalam nilai dan norma teologis pun juga budaya yang nampak luhur.

4. Astronaut’s Gd to Life on Earth oleh Chris Hadfield
“Bersiaplah untuk yang terburuk dan nikmati setiap momennya,” begitulah kurang lebih pesan moral dari Kolonel Chris Hadfield yang pernah menghabiskan 167 hari di luar angkasa. Gagasan kemanusiaan di sini ditempatkan dalam konteks bagaimana melampaui keterbatasan diri, bahkan intuisi: mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Beragam kisah-kisah pendek nan ringan disuratkan oleh sang kolonel yang menjalani hidup dari krisis satu ke krisis lainnya. Tentu, bakalan menjadi bacaan yang menarik untuk membuat rumusan bagaimana menjadi manusia bumi yang sepatutnya.

5. Uncomfortable Truth About Racism oleh John Barnes
John Barnes, legenda Liverpool, menghabiskan belasan tahun pertama hidupnya di Jamaika sebelum pindah ke Inggris bersama keluarganya pada 1975. Anggapan bahwa hanya seorang titisan wangsa kulit putih yang layak menjadi pelatih sepak bola membawanya pada keyakinan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperjuangkan aspirasinya tanpa melihat warna kulit. Rasisme yang menjadi ‘tuman’ di dalam dunia persepakbolaan pun lambat laun meluntur bersamaan dengan kisah-kisah pilu yang dituliskan oleh John Barnes, pemain Liverpool pertama yang berkulit hitam. Melalui buku ini, Barnes memberikan kesaksian yang begitu mengharukan tentang … apalagi kalau bukan esensi kemanusiaan yang kok ditentukan oleh sebatas warna kulit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kegunaan Buku Kemanusiaan

bukukemanusiaanbaru | Buku adalah jendela ke dunia. Ungkapan itu sering terdengar, tapi tidak ada yang dapat menyangkal kedalaman maknanya....